Cyber Communication
Cyber Comunication Komunikasi Massa Semester III
Positive
Effectc Of Sosial Media
Di masa globalisasi
sekarang ini banyak sekali media sosial yang bermunculan hal ini memang sudah
menjadi tanggung jawab hidup untuk ikut masuk didalamnya karena, jika kita
tidak mengikuti perkembangan zaman diera moderen ini bisa dikatakan manusia
kuno
(gaptek). Tidak hanya orang
dewasa saja yang menggunakan sosial media, bahkan anak-anak dan pelajar yang
belum cukup umur ikut menggunakan sosial media bahkan menjadi teman akrabnya
yang berawal dari Facebook, twitter, skype, line, whats App, path, instagram
dan masih banyak lainnya. Namun dari banyaknya sosial media yang bermunculan
maka banyak pula dampak yang dapat ditimbulkan dari sosial media baik itu
dampak positif, namun semua itu kembali lagi kepada sipengguna apakah bisa
mengimbangi antara sosial media dengan iman, ilmu pengetahuan yang luas,
kecerdasan sehingga mampu mengambil banyak sisi positif dari sosial media
seperti, mampu menyaring informasi yang didapat, dapat membedakan mana yang
boleh atau tidak dilihat, memberikan banyak wawasan karena didalamnya banyak
mengandung ilmu pengetahuan.
Berikut ini dampak positif dari social media:
· Untuk menghimpun keluarga, sahabat, kerabat-kerabat kerena jejaring sosial ini dapat mempertemukan kembali family kita yang sudah lama hilang kontak.
· Memperluas pertemanan.
· Media sosial dapat mempererat hubungan anak remaja kerena dengan begitu sipengguna dapat bersahabat, berempati dan saling perhatian.
· Sebagi sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sosial.
· Internet sebagai media komunikasi
· Media sebagai pertukaran data, karena dengan menggunakan jejaringan situs-situs web para pengguna internet diseluruh dunia dapat bertukar informasi dengan cepat dan mudah.
· Sosial media dapat digunakan sebagai lapangan usaha, karena sangat banyak sekali kita temui para pengusaha baik itu pengusaha kecil maupun pengusaha besar dapat bersaing dengan baik. Para pengusaha dapat mempromosikan bisnisnya.
Political Effectc Of Sosial Media
Jejaring
sosial merupakan salah satu sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan
politik, misalnya seperti program-program partai ataupun profil dari si calon
pemimpin itu sendiri. Pencitraan dan pengenalan partai kepada masyarakat sangat
cocok melalui media sosial, karena bisa menjangkau seluruh rakyat baik di kota
maupun desa. Efisiensi waktu dan dana dalam menjaring simpatisan tentunya
menguntungkan. Kendalanya, di Indonesia tidak semua orang melek internet.
Berbicara seberapa besar peran jejaring sosial dalam penentuan kemenangan sebuah Parpol, sebenarnya terletak pada kualitas dari pengguna jejaring sosial tersebut. Kampanye melalui jejaring sosial tidak hanya menjamah masyarakat secara umum saja, namun juga harus menggiring kaum terpelajar yang berpengaruh di masyarakat sebagai seorang pemimpin opini.
Membangun opini dapat memperkuat suara yang terbentuk di masyarakat. “Partai politik memakai media sosial untuk berkampanye karena partai tersebut tahu dan peka siapa saja sasarannya. Ketika sasarannya ada yang menjadikan jejaring sosial sebagai bagian dari kehidupan mereka, hal tersebut dianggap sebagai hal potensial. Jadi jejaring sosial memang merupakan inovasi dalam kampanye, dan itu baik. Persoalannya kenapa tidak semua menggunakan itu, tentunya kita harus melihat siapa dulu siapa sasarannya. Penyampaian pesan politik melalui media sosial tentunya menimbulkan efek langsung yang menunjukkan persepsi masyarakat terhadap objek. Persepsi baik dan buruk bisa diterima, bahkan persepsi bertentangan yang menimbulkan kontroversi.
Berbicara seberapa besar peran jejaring sosial dalam penentuan kemenangan sebuah Parpol, sebenarnya terletak pada kualitas dari pengguna jejaring sosial tersebut. Kampanye melalui jejaring sosial tidak hanya menjamah masyarakat secara umum saja, namun juga harus menggiring kaum terpelajar yang berpengaruh di masyarakat sebagai seorang pemimpin opini.
Membangun opini dapat memperkuat suara yang terbentuk di masyarakat. “Partai politik memakai media sosial untuk berkampanye karena partai tersebut tahu dan peka siapa saja sasarannya. Ketika sasarannya ada yang menjadikan jejaring sosial sebagai bagian dari kehidupan mereka, hal tersebut dianggap sebagai hal potensial. Jadi jejaring sosial memang merupakan inovasi dalam kampanye, dan itu baik. Persoalannya kenapa tidak semua menggunakan itu, tentunya kita harus melihat siapa dulu siapa sasarannya. Penyampaian pesan politik melalui media sosial tentunya menimbulkan efek langsung yang menunjukkan persepsi masyarakat terhadap objek. Persepsi baik dan buruk bisa diterima, bahkan persepsi bertentangan yang menimbulkan kontroversi.
Effectc On Interpersonal Relationships
Penggunaan
media massa secara luas untuk keperluan komunikasi melahirkan gejala-gejala mass
society. Individu-individu tampak seperti distandarisasikan,
diotomatisasikan dan kurang keterikatannya di dalam hubungannya antarpribadi (interpersonal
relations). Terpaan media massa (mass media exposure) tampak
di dalam kecenderungan adanya homogenitas cara-cara berpakaian, pola-pola pembicaraan,
nilai-nilai baru yang timbul sebagai akibat terpaan media massa, serta
timbulnya produksi masa yang cenderung menunjukan suatu kebudayaan masa.
Pengaruh media
sebagai hypodermic injection (jarum suntik) didukung oleh munculnya
kekuatan propaganda Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Media massa memanipulasi kekuatan
besar. Bukti-bukti mengenai manipulasi kekuatan besar dari media
massa ditunjukkan oleh peristiwa bersejarah sebagai berikut :
- Peranan surat-surat kabar Amerika yang berhasil menciptakan pendapat umum positif ketika perang dengan Spanyol pada 1898. Surat-surat kabar itu mampu membuat penduduk Amerika membedakan siapa kawan dan siapa lawan.
- Berhasilnya propaganda Goebbels dalam periode Perang Dunia II.
- Pengaruh Madison Avenue atas perilaku konsumen dan dalam pemungutan suara.
Model jarum suntik pada dasarnya adalah aliran satu tahap
(one step flow),
yaitu media massa langsung kepada khalayak sebagai mass audiance.
Model ini mengasumsikan media massa secara langsung, cepat, dan mempunyai
efek yang amat kuat atas mass audiance. Media massa ini sepadan
dengan teori Stimulus-Response (S-R) yang mekanistis dan
sering digunakan pada penelitian psikologi antara tahun 1930 dan 1940. Teori
S-R mengajarkan, setiap stimulus akan menghasilkan respons secara spontan dan
otomatis seperti gerak refleks. Seperti bila tangan kita terkena percikan api
(S) maka secara spontan, otomatis dan reflektif kita akan menyentakkan tangan
kita (R) sebagai tanggapan yang berupa gerakkan menghindar. Tanggapan di dalam
contoh tersebut sangat mekanistis dan otomatis, tanpa menunggu perintah dari
otak.
Teori peluru atau jarum hipodermik mengansumsikan
bahwa media memiliki
kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu
apa-apa. Teori ini mengansumsikan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan
peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang tidak berdaya (pasif).
Sumber :
- Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Ofset.
- Gower, L.A. 2006. Love is in the air, literally: Self-Disclosure and Text Messaging. Diunduh tanggal 5 Oktober 2008 dariwww.uky.edu/˜drlane/ssca06/gower.pdf.
- Washington D.C: National Academu of Sciences Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.